Pentingnya Berbicara dan Mengungkapkan Isi Hati dengan Keluarga
A
A
A
JAKARTA - Membicarakan atau mengungkapkan isi hati dengan keluarga nampaknya masih menjadi hal yang patut diperhatikan. Hasil survey SariWangi menunjukkan bahwa tingkat keterbukaan keluarga Indonesia cenderung rendah, karena mereka hanya ingin mengungkapkan cerita aman saja untuk dibicarakan.
Oleh karena itu, SariWangi meluncurkan kampanye #BeraniBicara dengan tujuan untuk mengajak masyakat Indonesia lebih berani mengungkapkan isi hati mereka kepada keluarga.
“Selama 40 tahun, SariWangi telah menjadi bagian dari budaya berbagi dalam keluarga Indonesia. Bercerita atau sharing dengan orang lain memang sudah menjadi kebiasaan di keluarga Indonesia, tetapi ternyata hasil riset kami menunjukkan setengah responden hanya mau mengungkapkan topik yang mudah dan aman saja untuk dibicarakan sehingga keterbukaan keluarga Indonesia masih menjadi sebuah tantangan,” jelas Johan Lie selaku Senior Brand Manager SariWangi saat ditemui, di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (9/5/2017).
Hal ini juga diakui oleh Ratih Ibrahim selaku Psikolog Anak dan Keluarga. Ia menjelaskan, seringnya frekuensi bercerita tidak menjamin isi cerita, tidak selalu yang diceritakan merupakan ungkapan isi hati yang sebenarnya. "Dari hasil survey yang kami lakukan bersama SariWangi, 2 dari 3 responden menyatakan alasan kurangnya keterbukaan adalah menghindari konflik. Padahal, memiliki pembicaraan yang mendalam di keluarga dapat membangun relasi yang hangat dan intim, membuat keluarga lebih bahagia, dan mencegah adanya resiko depresi pada seseorang,” jelasnya.
Ratih juga menjelaskan, bahwa untuk memulai pembicaraan yang sulit dan mendalam tanpa menuai konflik, setiap individu dalam keluarga harus memiliki empati untuk mampu menerima perbedaan, bersikap ramah dan hangat, memiliki selera humor yang baik, serta mampu membangun suasana hangat dan nyaman ditengah pembicaraan.
Untuk itu, orang tua khususnya ibu memiliki peran penting dalam keluarga sebagai fasilitator untuk memulai percakapan.
Sementara itu, artis sekaligus ibu dari tiga orang anak, Mona Ratuliu mengakui, sebagai Ibu dirinya sadar memiliki peranan yang penting untuk terus menjaga kehangatan keluarga. "Saya pun seringkali menemukan tantangan tersendiri untuk mengungkapkan isi hati atau membicarakan hal personal baik ke suami maupun anak-anak, terutama seputar pola asuh anak dan membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan,” ujarnya.
Mona menambahkan, momen minum teh biasanya saya jadikan sebagai waktu untuk berkumpul juga berbagi cerita termasuk membicarakan topik-topik yang sulit sekalipun. "Dengan adanya kampanye #BeraniBicara dari SariWangi, saya lebih termotivasi untuk tidak hanya berani bicara isi hati tapi juga mencari solusi akan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam keluarga,” tandasnya.
Untuk mendukung kampanye #BeraniBicara, SariWangi juga mengajak masyarakat Indonesia untuk berbagi pengalaman atau cerita keluarga mereka di media sosial dengan menggunakan hashtag tersebut. “Semoga dengan kampanye #BeraniBicara, kami dapat membantu dan menginspirasi lebih banyak keluarga Indonesia untuk berani bicara dan mengungkapkan isi hati, untuk membangun keharmonisan dalam keluarga Indonesia,” tutup Johan.
Oleh karena itu, SariWangi meluncurkan kampanye #BeraniBicara dengan tujuan untuk mengajak masyakat Indonesia lebih berani mengungkapkan isi hati mereka kepada keluarga.
“Selama 40 tahun, SariWangi telah menjadi bagian dari budaya berbagi dalam keluarga Indonesia. Bercerita atau sharing dengan orang lain memang sudah menjadi kebiasaan di keluarga Indonesia, tetapi ternyata hasil riset kami menunjukkan setengah responden hanya mau mengungkapkan topik yang mudah dan aman saja untuk dibicarakan sehingga keterbukaan keluarga Indonesia masih menjadi sebuah tantangan,” jelas Johan Lie selaku Senior Brand Manager SariWangi saat ditemui, di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (9/5/2017).
Hal ini juga diakui oleh Ratih Ibrahim selaku Psikolog Anak dan Keluarga. Ia menjelaskan, seringnya frekuensi bercerita tidak menjamin isi cerita, tidak selalu yang diceritakan merupakan ungkapan isi hati yang sebenarnya. "Dari hasil survey yang kami lakukan bersama SariWangi, 2 dari 3 responden menyatakan alasan kurangnya keterbukaan adalah menghindari konflik. Padahal, memiliki pembicaraan yang mendalam di keluarga dapat membangun relasi yang hangat dan intim, membuat keluarga lebih bahagia, dan mencegah adanya resiko depresi pada seseorang,” jelasnya.
Ratih juga menjelaskan, bahwa untuk memulai pembicaraan yang sulit dan mendalam tanpa menuai konflik, setiap individu dalam keluarga harus memiliki empati untuk mampu menerima perbedaan, bersikap ramah dan hangat, memiliki selera humor yang baik, serta mampu membangun suasana hangat dan nyaman ditengah pembicaraan.
Untuk itu, orang tua khususnya ibu memiliki peran penting dalam keluarga sebagai fasilitator untuk memulai percakapan.
Sementara itu, artis sekaligus ibu dari tiga orang anak, Mona Ratuliu mengakui, sebagai Ibu dirinya sadar memiliki peranan yang penting untuk terus menjaga kehangatan keluarga. "Saya pun seringkali menemukan tantangan tersendiri untuk mengungkapkan isi hati atau membicarakan hal personal baik ke suami maupun anak-anak, terutama seputar pola asuh anak dan membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan,” ujarnya.
Mona menambahkan, momen minum teh biasanya saya jadikan sebagai waktu untuk berkumpul juga berbagi cerita termasuk membicarakan topik-topik yang sulit sekalipun. "Dengan adanya kampanye #BeraniBicara dari SariWangi, saya lebih termotivasi untuk tidak hanya berani bicara isi hati tapi juga mencari solusi akan tantangan-tantangan yang dihadapi dalam keluarga,” tandasnya.
Untuk mendukung kampanye #BeraniBicara, SariWangi juga mengajak masyarakat Indonesia untuk berbagi pengalaman atau cerita keluarga mereka di media sosial dengan menggunakan hashtag tersebut. “Semoga dengan kampanye #BeraniBicara, kami dapat membantu dan menginspirasi lebih banyak keluarga Indonesia untuk berani bicara dan mengungkapkan isi hati, untuk membangun keharmonisan dalam keluarga Indonesia,” tutup Johan.
(nfl)